"Buku adalah jendela dunia", demikian pepatah ini sudah lama kita ketahui. Sebuah rangkaian kata yang telah melewat dalam telinga masyarakat dunia. Sebuah kalimat yang apabila di kaji lebih dalam akan menemukan makna yang tepat terkait dengan pentingnya aktifitas ini bagi kemajuan sebuah peradaban. Sebuah realita bahwa tradisi membaca dikalangan masyarakat Indonesia sampai saat ini masih sangat rendah, terutama untuk masyarakat Indonesia yang notabene berpendidikan rendah. simak beberapa fakta berikut ini:Tahun 1999 saja, rasio jumlah penduduk dengan surat kabar: Indonesia hanya 1 : 43-satu surat kabar dibaca oleh 43 orang, bandingkan dengan Malaysia (1 : 8,1), Jepang (1 : 1,74), serta lndia (1: 38,14). Negara maju 513 judul buku per satu juta penduduk (Daniel Dhakidae, 1997;187).
Dari data statistik di atas dapat kita temui sebuah kenyataan bahwa melek huruf yang tinggi ternyata tidak selalu diikuti dengan bertambahnya jumlah buku dan media teks lainnya. Termasuk kebiasaan membaca buku.
Membaca merupakan aktivitas yang mudah sebenarnya, namun begitu sulit meluangkan waktu untuk melaksanakannya. Apalagi, di era globalisasi ini, yang dipenuhi oleh teknologi-teknologi canggih, sehingga membaca tidak lagi menjadi sebuah rutinitas hidup melainkan kerjaan sampingan saja. Mungkin itu pulalah salah satu penyebab rendahnya sumber daya manusia Indonesia. Ketidakgemaran membaca membuat kita terasa amat kecil, dunia terasa sempit dikarenakan sedikitnya informasi yang kita peroleh. Padahal, informasi dan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu semakin lama semakin bertambah pesat. Bagaimana dengan kita manusia Indonesia?Kita sebagai manusia, yang diberi akal yang lebih baik dibanding makhluk lain seharusnya mampu menelaah lebih dalam tentang ilmu pengetahuan yang tak pernah habis walaupun kita menggalinya. Dan membaca adalah salah satu sarana untuk mencapai itu semua. Sekarang, tinggal bagaimana cara kita untuk menumbuhkan sikap gemar membaca dimanapun kita berada.
Nah, berikut ini beberapa tips atau boleh dikata kiat-kiat yang diberikan oleh kang Hernowo dalam buku Best Seller-nya "Mengikat Makna".
Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mengubah paradigma (cara pandang) kita dalam memandang buku. Menurut beliau, buku sama saja dengan makanan yaitu makanan untuk ruhani kita. Ini sangat penting dalam rangka memasuki dunia buku. Bayangkan apabila jasmani kita tidak diberi makanan-makanan berigizi. Apa yang akan terjadi? Tubuh kita akan lemas, otomatis akan mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari. Begitu pula dengan ruhani kita.
Buku adalah salah satu jenis "makanan ruhani" kita yang sangat bergizi, lewat paradigma baru membaca buku dengan menganggap buku sebagai makanan kesukaan kita, sehingga kita dapat memperlakukan buku layaknya makanan tersebut. Maka langkah awal telah selesai. Dilanjutkan dengan mengenali atau melakukan pengenalan dengan buku yang akan kita baca. Bisa dengan mengetahui pengarangnya dahulu atau intisari dari bacaan tersebut. Mintalah kepada seseorang untuk menunjukkan lebih dulu hal-hal menarik yang ada pada buku itu.
Langkah terakhir, dapat dilakukan dengan membaca sambil makan-makanan ringan atau dalam istilah “ngemil” ini dimaksudkan supaya pikiran tidak terlalu menegang dan tetap rileks dengan isi bacaan.
Apabila kita sudah mengubah paradigma membaca buku seperti di atas dan telah memahami manfaat membaca buku, cobalah membaca buku-buku yang memiliki bobot lebih tinggi. Buku-buku ilmiah adalah contoh paling mudah.
Seorang intelektuali bernama dave Meier dalam bukunya yang berjudul, The Accelerated Learning Handbook, mengemukakan beberapa cara mudah dalam membaca buku. Meier menamai tips-tips ini “Metode Belajar Gaya SAVI”
Pertama, membaca secara somatis (bersifat refe/tubuh). Ini berarti bahwa, pada saat kita membaca, mencoba untuk tidak hanya duduk boleh dengan berdiri atau berjalan-jalan saat membaca. Gerakkan tangan, kaki dan kepala, setelah itu baca kembali.
Kedua, membaca secara auditori (bunyi), cobalah sesekali membaca dengan menyuarakan apa yang kita baca, lebih-lebih apabila ada istilah yang sulit kita pahami. Karena dengan demikian itu, telinga kita akan membantu mencernanya.
Ketiga, membaca secara visual (gambar). Ini berkaitan dengan kemampuan kita yang bernama imajinasi atau kekuatan membayangkan. Dengan menggambarkan atau membayangkan sebuah konsep, Insya Allah juga akan mempercepat pemahaman.
Keempat, membaca secara intelektual (merenungkan). Ini juga berkaitan dengan kemampuan luar biasa yang kita miliki, kita perlu jeda atau berhenti sejenak setelah membaca, sehingga kita akan dengan mudah menuangkan atau menceritakan kembali apa-apa yang kita baca.
Nah, semoga dengan tips-tips di atas, bisa menumbuhkan kembali kegemaran kita untuk membaca.

Namun, kembali lagi dengan pepatah "Buku adalah jendela dunia", apakah masih berlaku untuk saat ini? Apalagi dengan adanya kemajuan internet. Yang kini mulai berkembang pesat, dan seolah-olah mulai menggantikan posisi buku sebagai jendela dunia. Lalu, bagaimana pendapat kalian akan hal ini?

Sudah berapa buku yang kalian baca dalam sehari? Atau kalian habiskan waktu hanya di depan internet saja? Apa kalian setuju jika kita ganti pepatah itu menjadi,
"Internet adalah jendela dunia"?
(Buku Best Seller "Mengikat Makna", ahsinmuslim)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar