
"Kesedihanku seperti awan mendung disore ini
Tangisku seperti tetes hujan yang membasahi
Namun Doaku takan hilang tersaput awan mendung dan hujan
Selalu untukmu selamanya...."
Senja yang putih
Temaram mentari mulai merah
Saat semilir lembut menggerai di pundak
Aku tersentak!
nafas mendesah begitu lemah
terkulai dengan mata berkaca-kaca
Ya Tuhan, inikah waktunya?
mengapa harus ini waktunya....?
tak bisakah kumenawar...
Ku belai lembut kerut keriput pipinya
Sambil kusenandungkan secarik ayat
Berharap waktu terhenti dan matamu membuka
Namun senja terus merambat,
pelan... membawamu
Aku gemetar
Mencari tonggak mana tuk berpaut
Sementara desahmu mulai melemah, makin lemah,
lalu hilang disela titik air mataku
yang menitik dipipimu
Aku tak kuasa
Ingin kuputar kembali waktu
Tapi aku hanya bisa tenggelam
Saat melepasmu
Saat genggaman tanganmu terkulai
Kau pergi bersama senja yang pergi
Tuhan, bawalah ia besertamu
beserta surgamu
Kumpulkanlah kami kembali disana
(Buat: Ayahnda tercinta, Selamat Jalan: Doa Kami Bersamamu)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar